
thefrancejobs.com Kabupaten Tangerang, Banten – Kementerian Energi juga juga Sumber Daya Mineral (ESDM) menekankan bahwa Indonesia harus menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan energi nasional sekaligus juga upaya mengurangi emisi.
"Indonesia seperti banyak negara lainnya harus menemukan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan energi nasional lalu sekaligus mengurangi emisi untuk mengatasi perubahan iklim global dengan merujuk pada target NDC (nationally determined contribution) pada 2030 kemudian target NZE (net zero emission) pada 2060," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mewakili Menteri ESDM Arifin Tasrif memberi sambutan pembukaan pameran Hari Listrik Nasional ke-78 Enlit Asia 2023 di tempat dalam Tangerang, Banten, Selasa.
Jisman menjelaskan untuk mencapai target NZE tersebut, pemerintah sudah pernah menetapkan beberapa program pengembangan energi terbarukan sebagai strategi jangka panjang ketenagalistrikan nasional yang tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
Ia juga mengungkapkan bahwa RUKN yang juga selaras dengan rencana perniagaan penyediaan tenaga listrik (RUPTL) yang digunakan dimaksud diimplementasikan oleh PT PLN (Persero).
"Pak dirut (Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo) sudah menyampaikan kita sudah hampir finish ini RUKN mudah-mudahan dalam waktu dekat akan kita tetapkan lalu sudah ada pembahasan RUPTL ternyata inline. Bahkan ada istilah selaras juga juga waras, waras ini saya juga bingung kenapa ada kata-kata waras, rupanya inline," ujar Jisman.
"Jadi, terima kasih kepala PLN sudah dapat menyelaraskan RUPTL nanti dengan RUKN kami juga ini yang dimaksud digunakan pertama kali dalam sejarah," lanjutnya.
Adapun, kebutuhan tenaga listrik pada 2024 sampai dengan 2060 diperkirakan akan tumbuh rata-rata di area dalam kisaran 3,6 sampai 4,2 persen per tahun. Proyeksi kebutuhan tenaga listrik hal itu akan menentukan besaran kebutuhan tambahan pembangkit lalu infrastruktur tenaga listrik lainnya serta besaran emisi CO2.
Jisman menjelaskan bahwa pada area dalam RUKN yang tersebut ada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang tersebut digunakan akan dikembangkan secara masif pada 2030 diikuti oleh pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) pada 2037.
"PLTS lebih banyak tinggi banyak dikembangkan sebab biaya modal yang digunakan digunakan lebih lanjut banyak rendah dengan memanfaatkan bendungan atau waduk PLTA dengan konsep PLTS terapung sebagai solusi keterbatasan lahan pada daratan," katanya.
Saat ini, ucap Jisman, Indonesia sudah pernah mempunyai PLTS Terapung Cirata pada tempat Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat yang digunakan hal tersebut merupakan PLTS terapung terbesar dalam tempat Asia Tenggara. PLTS itu berkapasitas 145 megawatt (MW) yang dimaksud baru diresmikan Presiden Joko Widodo pekan lalu.
"Ke depannya, pengembangan PLTS terapung dalam Indonesia dengan memanfaatkan bendungan atau waduk PLTA eksisting mempunyai prospek sekitar 14 GW," ucap Jisman.
Kemudian, kata dia, pengembangan panas bumi secara bertahap akan ditingkatkan menjadi 20 GW melalui pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dimaksud mana lebih tinggi besar modern lalu juga pengembangan sistem panas bumi nonkonvensional lainnya.
"Pemanfaatan hidro atau PLTA (pembangunan listrik tenaga air) akan dioptimalkan untuk disalurkan ke pulau-pulai lain. Selain itu, PLTA juga akan membantu menjaga keseimbangan untuk pengembangan energi baru terbarukan yang digunakan mana sifatnya intermiten," ucapnya.
Selanjutnya, ia mengatakan ada juga pengembangan tenaga nuklir yang mana digunakan akan menjadi komersial pada 2039 untuk meningkatkan kehandalan sistem tenaga listrik, di dalam tempat mana kapasitasnya akan ditingkatkan hingga 31 GW pada 2060.
No Comments